Sempat Bikin Heboh, Bagaimana Hukum Haji Waria Nyentrik?
Liputan6.com, Jakarta - Pekan lalu, petugas haji
yang sibuk melayani kedatangan jemaah calon haji di Plaza Gate D
Bandara King Abdul Aziz, Jeddah sempat tertipu dengan penampilan salah
satu calon haji asal embarkasi Makassar (UPG).
Karena, tampilannya cukup nyentrik dengan rambut kuning menyala,
disemir, bedak menghias wajah, bibir bergincu merah, tubuhnya berbalut
tunik batik. Banyak orang mengiranya seorang wanita. Namun rupanya, ia
seorang calon haji laki-laki. Bagaimana hukumnya?
Menurut Konsultan Pembimbing Ibadah Haji, Ahmad Kartono, dalam Islam dikenal dua jenis waria. Dalam berhaji pun diberikan dua hukum atas waria.
"Waria yang betul-betul waria, hukumnya seperti hajinya kaum wanita,"
ujar Kartono yang juga mantan Direktur Pembinaan Haji, seperti dilansir
www.kemenag.go.id, Selasa (14/8/2018).
Kedua, kata dia, waria yang sewaktu-waktu berubah menjadi wanita atau pria.
"Sedangkan waria yang sewaktu-waktu berubah seperti wanita atau
laki-laki, maka hukumnya disesuaikan dengan kondisi yang bersangkutan
pada saat itu, termasuk saat berhaji. Ini yang disebut Huntsa Musykil," kata Kartono.
Sebelumnya, pria yang mengaku bernama Haji Ari bin Hadi Dia terdaftar sebagai jemaah calon haji Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Dia mengenakan batik haji dengan potongan blus layaknya wanita,
rambutnya agak panjang berwarna orange menyala tanpa penutup kepala.
Saat dia hendak berganti ihram salah satu petugas bergegas menegur agar ganti ihramnya di toilet wanita.
"Bu hajjah, kalau mau ganti ihram kamar mandi perempuan ada di sebelah sana," kata dia kepada Ari.
Namun, begitu Ari membalik muka ke hadapannya, ia tersentak. "Eh,
maaf, pak. Iya, kalau laki-laki ganti ihramnya di sini saja," ucap
petugas itu salah tingkah.
Akhirnya, jadilah ia berganti pakaian ihram dua lembar kain tak
berjahit di lokasi tersebut. Bedanya dengan jemaah laki-laki lain, calon
haji ini melingkarkan dengan lekat sebagian kain ihram bagian atas ke
dadanya. Tanpa ragu, Ari mengaku masuk ke dalam golongan haji waria.
"Iya, golongan saya memang disebut waria," akui Ari.
Ia mengatakan, pergi naik haji dengan hasil membuka usaha salon
rambut dan kecantikan serta rias pengantin di Soppeng, Sulawesi Selatan.
Di Sulawesi Selatan, ada adat istiadat lama soal keberadaan para
bissu. Transgender kultural ini ditugasi dalam upacara-upacara adat.
Namun Haji Ari mengatakan, ia bukan bagian dari kelompok tersebut.
Tak hanya itu, ada alasan mengapa ia meminta dipanggil Haji Ari.
Tahun ini ternyata bukan pertama kalinya ia ke Tanah Suci. "Saya sudah
empat kali ke sini," tutur Ari mantap.
No comments:
Post a Comment